Selasa, 28 November 2017
Visi Sukanto Tanoto Tentang Industri Kehutanan Indonesia
Selama ini belum banyak yang mengganggap penting sektor kehutanan di Indonesia. Padahal, prospek cerah dimiliki. Asalkan dikelola dengan baik, industri kehutanan di negeri kita bisa berkembang pesat.
Indonesia harus serius dalam memperhatikan sektor kehutanan. Sebab, banyak manfaat yang akan dirasakan jika sanggup mengelolanya dengan baik.
Apalagi, luas hutan di Indonesia terbilang besar. Luasnya mencapai separuh dari total wilayah. Berdasarkan Buku Statistik Kehutanan Indonesia yang diterbitkan pada Juli 2012, Indonesia memiliki luas hutan 99,6 juta hektare. Jumlah itu sekitar 52,3% dari total luas wilayah Indonesia.
Bukan hanya itu, hutan Indonesia memiliki sekitar 4.000 jenis pohon. Dari semuanya, 267 jenis di antaranya dinilai memiliki nilai ekonomi tinggi sehingga layak dimanfaatkan.
Ada alasan lain tentang peluang besar di industri kehutanan Indonesia di mata Sukanto Tanoto. Ia menyoroti tentang keunggulan kompetitif negeri kita dibanding negara-negara lain.
Indonesia terletak di khatulistiwa. Iklim tropis dinikmati dan matahari terus bersinar sepanjang tahun. Dipadu dengan lahan yang subur, semua itu membuat pohon mudah ditumbuhkan di sini.
Sukanto Tanoto mencontohkan kondisi industri kehutanan di Amerika Serikat. Di sana bisnis berkembang. Padahal, butuh waktu antara 40 hingga 50 tahun untuk menumbuhkan pohon.
Hal ini yang menjadi keunggulan tersendiri bagi Indonesia. Sebab, di sini menumbuhkan pohon bisa jauh lebih cepat. "Maka, di kita (Indonesia, Red.) dengan waktu 5 sampai 10 tahun, industri kehutanan kita bisa berkembang pesat dan bisa bersaing di luar negeri. Dengan demikian mereka memasang tarif barrier untuk melindungi industri dalam negerinya," ujar Sukanto Tanoto di Bisnis.com.
Oleh karena itu, Sukanto Tanoto meyakini betul bahwa industri kehutanan di Indonesia bisa berkembang. Maka, ia mengharapkan dukungan penuh dari pemerintah.
"Saya yakin di bawah pemerintahan Joko Widodo, dunia usaha, khususnya industri kehutanan, akan lebih baik asalkan pemerintah menyadari dampak yang ada," ujarnya.
Prediksi yang dilontarkan Sukanto Tanoto patut diperhatikan. Profil Sukanto Tanoto sebagai pebisnis industri kehutanan sukses menjadi alasannya. Namun, untuk mewujudkan peluang apik di bidang tersebut menjadi bisnis besar yang nyata diperlukan kerja keras.
Sukanto Tanoto memiliki saran khusus berdasarkan pengalamannya mengembangkan Royal Golden Eagle. Ia berharap pemerintah dan pelaku industri kehutanan menekankan terhadap keberlanjutan demi meraih kesuksesan.
"Kalau semua ditekankan pada lingkungan hidup, kita tidak akan berkembang. Tetapi kalau semua dibabat habis, lingkungan akan rusak jadi harus ada keseimbangan," ujar dia.
Sukanto Tanoto bermaksud menyatakan bahwa potensi kehutanan Indonesia memang harus dimanfaatkan. Anugerah alam yang sedemikian besar sangat mubazir jika tidak digunakan untuk menyejahterakan masyarakat.
Akan tetapi, ada batasan dalam pemanfaatan sumber daya alam. Jangan sampai penggunaannya menjadi eksploitasi berlebihan. Jika itu terjadi, bukan kesejahteraan yang akan diperoleh, melainkan kehancuran lingkungan. Ketika alam sudah rusak, manusia pasti akan terkena dampak negatifnya.
CONTOH NYATA DI RGE
Sukanto Tanoto sudah mempraktikkannya bersama Royal Golden Eagle. Di Grup APRIL yang memproduksi pulp dan kertas, bahan baku diperoleh dari perkebunan sendiri yang dikelola dengan konsep terbarukan. Mereka juga sudah menghentikan suplai kayu dari hutan dengan nilai konservasi tinggi.
Langkah tersebut ternyata membuat APRIL terus berkembang pesat. Mereka menjadi salah satu pemain besar dalam industri pulp dan kertas di dunia. Bayangkan saja, APRIL mampu memproduksi pulp sebanyak 2,8 juta ton per tahun. Sedangkan untuk kertas, mereka mampu membuat 1,15 juta ton per tahunnya.
Oleh karena itu, ketegasan aturan pemerintah dalam industri kehutanan sangat penting. Mereka harus mampu menjaga hutan sembari memanfaatkan hasilnya untuk kesejahteraan rakyat.
"Keseimbangan adalah tantangan pemerintah saat ini, yaitu antara lingkungan, lapangan kerja, dan ekonomi," papar Sukanto Tanoto.
Lagi-lagi Sukanto Tanoto sudah mempraktikkannya di Royal Golden Eagle dengan baik. Kondisi di APRIL bisa menjadi gambaran. Mereka mampu membagi area konsensinya secara seimbang sehingga bisa digunakan untuk basis produksi, penghidupan masyarakat, sekaligus kawasan konservasi.
Perlu diketahui, APRIL tidak memanfaatkan lahan konsensi seluas satu juta hektare untuk produksi semua. Justru hanya separuhnya atau 50 persen yang digunakan sebagai hutan tanaman industri. Sebanyak 23 persen lahan malah dibuka untuk masyarakat sebagai sumber penghidupan dan sisa 27 persen lahan dipakai untuk kawasan konservasi.
Namun, perusahaan Sukanto Tanoto itu mampu tetap menjaga proses produksi tetap tinggi. Salah satu kunci utamanya adalah pemanfaatan sains di dalamnya.
Atas dasar ini, Sukanto Tanoto menaruh perhatian besar terhadap perkembangan ilmu kehutanan di Indonesia. Ia berharap semakin banyak ilmuwan dan penelitian tentang hutan di negeri kita.
Sebagai pendorong supaya harapannya terkabul, Sukanto Tanoto menggagas pendirian Tanoto Forestry Information Center (TFIC), sebuah pusat penelitian dan informasi kehutanan yang ada di dalam kompleks kampus Institut Pertanian Bogor (IPB).
Melalui Tanoto Foundation yang didirikannya, Sukanto Tanoto menjalin kerja sama dengan IPB yang dipilih karena dinilai memiliki kemampuan dan pengalaman panjang terhadap perkembangan ilmu kehutanan.
Tanoto Foundation memberikan dana hibah sebesar Rp8,5 miliar kepada IPB untuk membangun gedung TFIC. Proses pembangunan sudah dimulai pada 2012. Tiga tahun berikutnya, gedung tiga lantai seluas 1.500 m2 tersebut diresmikan penggunaanya.
Kehadiran TFIC diharapkan akan tumbuh kerja sama antara pelaku industri kehutanan dan perguruan tinggi. Selain itu, keberadaannya dimaksudkan untuk merangsang jalinan relasi antarpeneliti kehutanan. Sebab, dengan fasilitas perpustakaan maupun panel, di dalam TFIC tersedia informasi kehutanan yang lengkap.
Pangkal dari semua ini adalah kehadiran para peneliti kehutanan dari Indonesia. Selain itu, diharapkan banyak riset tentang hutan di negeri kita yang dilakukan. Sukanto Tanoto percaya jika hal tersebut terjadi, industri kehutanan Indonesia akan maju seperti yang ia prediksi.
Sukanto Tanoto sudah membuktikan betapa besar potensi alam Indonesia, termasuk sektor kehutanan. Ia memperlihatkannya bersama Royal Golden Eagle. Perusahaan yang didirikannya itu telah menjadi korporasi kelas internasional.
Dengan beragam bidang bisnis mulai dari kelapa sawit, pulp dan kertas, selulosa spesial, serat viscose, dan pengembangan energi, RGE telah mengembangkan asetnya menjadi 18 miliar dolar Amerika Serikat. Lebih dari itu, RGE sanggup membuka lapangan kerja untuk sekitar 60 ribu orang.
Keberhasilan itu menunjukkan bahwa Sukanto Tanoto bisa menjadi contoh positif dalam industri kehutanan di Indonesia. Dengan menitikberatkan kepada keberlanjutan, keseimbangan, dan sains, potensi alam di negeri kita memang bisa dimanfaatkan untuk kesejahteraan rakyat.


Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)